Filosofi Petani dan Pendidikan di Pesantren

Belajar Dari Petani

Bapak saya adalah seorang petani, tidak terlalu detail saya mengetahui aktifitas beliau saat
menanam padi, tetapi justru saya lebih tahu mengenai aktifitas di dapur Karena lebih sering
membantu ibu.
Namun sebagai anak desa tentu Kami tetap mengetahui secara global apa saja yang dilakukan
seorang petani di dalam menanam padi hingga memanennya.
Dimulai dari menyiapkan lahan untuk calon benih. Saat lahan tersebut telah siap maka benih
padipun ditabur pada lahan tersebut. Untuk beberapa lama benih pun tumbuh dengan baik, lahan
sawah untuk menanam padi mulai disiapkan, dari memperbaiki pematang sawah yang berlubang
atau penuh dengan rumput, membajak lahan dan menghaluskan tanah bajakan dan lahanpun
siap ditanami.
Benih yang tumbuh cukup tinggi dicabut dan ditanam secara kelompok kecil dengan garis rapi
tertentu. Untuk sementara aktifitas besar menyiapkan lahan hingga menanam padi telah selesai.
Selanjutnya pada setiap hari baik pagi maupun sore petani tersebut selalu mengunjungi padinya.
Ada saja yang ia lakukan, mungkin pada pekan-pekan pertama setelah ditanam ia fokus pada
menegakkan tanaman padi yang kurang tegak, tidak lupa ia juga memastikan lahan tetap
digenangi air yang cukup.
Tahap selanjutnya kunjungan ke sawah ia fokuskan pada gulma dan rumput yang mulai tumbuh.
Proses ini ia lakukan menggunakan tangan atau alat garuk untuk rumput yang agak besar.
Langkah berikutnya ia memberikan pupuk untuk menambah vitamin bagi perkembangan
tanaman padi.
Pada saat padi sudah mulai berbunga tentu kunjungan petani mempunyai aktifitas yang berbeda
memberi petisida untuk menghindari hama padi dan mengusir burung-burung yang sudah
mencium bau padi yang nikmat hingga masa panen tiba.
Saya terinspirasi dari beberapa tahapan seorang petani menanam padi dengan program
management Asrama dan management kelas kita. Seorang petani yang melakukan kerja besar
dari menyiapkan lahan untuk benih, menyiapkan lahan sawah hingga menanam padi seperti saat
kita melakukan kerja besar di dalam membedah kelas maupun membedah Asrama kita.
Setelah aktifitas menanam padi atau membedah Asrama/kelas tentunya petani dan kita tidak
hanya menunggu di rumah hingga padinya panen dan asrama/kelas santri kita terus bersih
dan rapi sepanjang waktu. Tetapi setiap hari selalu kita kunjungi dan kita melakukan aktifitas
tertentu. Seperti petani yang menegakkan padi pekan-pekan pertama pasca menanam. Kitapun
juga bisa mengambil titik ranjang santri selalu dirapikan oleh santri dan kita atau merapikan
kelas bersama anak-anak saat ditinggal pulang siswa.
Kemudian tahap selanjutnya mengambil titik yang berbeda dari management Asrama dan
kelas seperti kebersihan kolong ranjang bagi Asrama dan menata loker siswa bagi kelas.
Untuk beberapa pekan hanya fokus pada dua yang di atas hingga mereka sudah terbiasa
melakukannya.
Pada tahap berikutnya tentu mengambil titik baru seperti menata baju yang digantung dalam
asrama atau menyepakati cara menggantung tas sekolah pada kursi kelas. Pada prinsipnya
petani tersebut selalu melakukan hal-hal yang kecil secara konsisten setiap berkunjung ke
sawahnya. Dan kitapun selalu melakukan hal-hal yang kecil bersama anak secara konsisten pula
setiap kali berkunjung ke Asrama santri kita dan kelas murid kita.
Hindari untuk hadir di Asrama dan kelas hanya untuk mengingatkan anak-anak untuk melakukan
sesuatu tanpa melakukan apa yang kita instruksikan. Seperti seorang mushrif yang dari pintu
asrama memberi instruksi untuk merapikan ranjang, tanpa ia mencoba untuk melakukannya.
Atau seorang guru yang hanya memberi perintah merapikan alat tulis dan mejanya menjelang
pulang sementara ia sendiri berdiri tanpa memegang apapun untuk merapikan mejanya atau
membantu siswanya.
Kuncinya ambil satu titik kecil dan secara konsisten lakukan bersama anak, kemudian ambil titik
yang lain dan lakukan juga bersama mereka.
Sesungguhnya tidak ada anak dan santri yang enggan untuk kita minta melakukan sesuatu
jika kita sendiri sebagai mushrif maupun guru telah melakukannya di depan mereka. Karena
sesungguhnya inti dari mendidik anak adalah memberikan tauladan bagi mereka.

Fakhruddin Alamsyah
-Mudir Khalifah Qebs

Join the Conversation

1 Comment

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *